Kelahiran Aisha

Ini adalah sebuah cerita, cerita sakral tentang proses menghantarkan makhluk Allah berpindah Alam,  dari alam Rahim ke alam Dunia. Putri pertama, anak kedua Kami.

Jum’at Malam, 17 Mei 2013

Malam ini si Ummi menginap di rumah enin, rencananya ba’da subuh Ummi mau Jalan-jalan pagi ke rumah sekalian ‘menyambut’ Abi tersayang yang baru pulang dari Jogja di subuh hari. Malam itu terasa ada kontraksi kecil di perut, mungkin sekitar 1 jam sekali, tidak sakit tapi sanggup membuat Ummi terbangun.

Sabtu Pagi, 18 Mei 2013

Setelah ‘menyambut’ Abi, Kami pun berencana menjemput Idan di rumah enin, pagi itu ternyata ada flek darah yang keluar tapi tak banyak. Jalan-jalan keliling kompleks, sesekali kontraksi terasa, semakin sini semakin sering, tapi ringan. Sampai di rumah enin, makan, lalu pulang kembali jalan kaki bersama Idan dan Abi. Sesampainya di rumah, siap-siap untuk pergi ke Dokter, rencananya hari ini mau rekam jantung karena usia kandungan tepat 40 week, kata bu dokternya kalau bagus, bisa ditunggu seminggu, kalau jelek rekam jantungnya terpaksa harus diinduksi. Ummi pun menyiapkan perbekalan, takut-takut bila harus melahirkan hari itu. Masih dengan kontraksi sedang dan sering, kami pun meluncur ke klinik Bunda Nanda di Cipadung.

Sabtu Siang-Sore, 18 Mei 2013

Rekam jantung, hasil baik dan memang terlihat di monitor tiap Ummi kontraksi ada grafik yang naik, menguat, kemudian turun lagi. Akhirnya bu Bidan yang bertugas melakukan periksa dalam, pembukaan 2.5. Wow gini toh rasanya kontraksi tanpa diinduksi, jauuh sekali dengan kontraksinya Aidan dulu yang sejak bukaan 1 udah kenceeeeng banget ini perut. Bu Bidan menyarankan untuk memesan kamar perawatan, karena sudah ada bukaan katanya. Setelah memesan kamar-solat, kami meluncur ke Borma untuk Jalan-jalan dan makan siang. Sesampainya di Borma, ini perut semakin kencang. Bila kontraksi datang, biasanya saya diam- tarik napas yang panjaaang sekali-sambil dzikir. Aidan anteng main, ABi anteng nyuapin, dan Ummi anteng jalan-jalan nyari handuk karena lupa tidak menyiapkan handuk. Akhirnya jam setengah 4  kami kembali ke klinik, hujan besar, ibu pun datang membawa perbekalan dedek dan Ummi yang telah disiapkan sebelumnya di rumah. Jam 4 periksa dalam, bukaan 3. Waduuh curiga bakalan lama ini mah, akhirnya Ummi jalan-jalan di klinik, mencoba untuk tidur tapi tak bisa, makan burcang, goyang-goyangin pinggul. Memang yah, saat merasakan kontraksi itu paling enak kalau suasananya sunyi, tak banyak gangguan, jadi ceritanya bisa konsentrasi. Karena ada Aidan yang agak ‘melankolis’, kadang saat kontraksi si Ummi jadi ga konsentrasi, bawaannya pengen marah sambil teriak ‘cicing atuh’ hehe. Akhirnya Aidan dan Enin pulang jam 5, itu pun setelah dibujuk karena pengennya ikut sama Ummi  dan Abi. Setelah jam 5 itu baru Ummi bisa Bebas! Hanya ada Ummi dan Abi. Abi dengan semangat mengajak Ummi untuk jalan jalan terus, tapi Ummi memilih untuk berdiri dan memeluk Abi. Pernah denger istilah orgasm saat kontraksi? saya coba mempraktekannya dengan berfantasi ria saat memeluk Abi (si Abi mah gak tahu kalau Ummi sedang berfantasi..hehe), rasanya? Aneh! hahaha. Campur-campur, antara mencoba mengendalikan sakit sambil dzikir dan berfantasi tapi nanggung.  Alhamdulillah ternyata dapat menimbulkan perasaan rileks. Awalnya abi ‘menyemangati’ Ummi dengan bilang ‘Ayo mi..ayo’, bingung kan maksudnya apa? ‘Ayo apa ai Abi?’ sambil sedikit kesel. ‘Ayo..semangat!’-_-..Setelah diprotes Ummi, akhirnya kata-katanya jadi diganti jadi kata-kata dzikrullah.

‘Bi, tolong tanyain, kapan cek bukaan lagi?’. Jadwalnya ternyata jam 7. Beuh masih lama, Abi ngajak jalan jalan lagi, hanya 5 langkah, bulak balik jadi 10 langkah akhirnya balik lagi ke kamar. Waktu di kamar terasa napas sudah sulit untuk diatur, inget sih teorinya, tapi susah prakteknya. Akhirnya jam 5.30an Ummi minta Abi panggil bu Bidan untuk cek bukaan lagi. ‘Bentar ya bu Bidan, gelombang cintanya lagi dateng’ sambil tarik napas panjang, ‘Sok bu Bidan periksa sekarang’. Setelah cek bukaan, bu bidan balik kanan, ‘bu hayu ke ruang bersalin aja, sari..sari…..bla…bla..bla…*heboh*’. ‘Tidur bu, miring kiri’. Wah ini mah curiga udah gede bukaannya. ‘Bu bidan, mau ngedeeeen’ l ‘belum boleh bu, belum lengkap’ l napasnya gimana caranyaa? l ‘tarik napaaas..haah..haah..haaah’. Oh ternyata beda sama yang diajarin waktu Aidan dulu, lebih enak yang ini. Dulu waktu Aidan lebih sulit ngatur napasnya, sampai eungap gara-gara lupa napas ;p. Akhirnya bu Bidan bilang ‘ketuban pecah, bukaan lengkap’ l ‘Buuuu…ngedennya datang lagi…’ l ‘jangan dulu buuu’ sambil pulang anting gak tahu nyiapin apa si bu Bidan teh l ‘Buuu..hayu atuuh..kan kalau bukaan lengkap mah udah boleh ngeden’ l ‘gapapa ga sama dokter bu?’  l ‘ya ga apa apa atuh..sama ibu bidan aja’ l ‘Hayu atuh bu ngangkang, pegang paha, paha buuu’ l ‘Udaaah buu’ l pegang paha buuu l ‘udaah, eh salah ini mah betis yah’ l ‘ngedennya pelan bu, biar sobeknya dikit, ayo bu ngeden’. Sempet diem, soalnya paling enak ngeden kan pas gelombang kontraksinya dateng, ceritanya mah nunggu kontraksi lagi, tapi yasudah lah..Ngeden sekali, pelaaaan banget..eeh ada makhluk cantik yang meluncur! Allohuakbar, takbir pun menyambut kedatanganmu Nak.

Sabtu, 180513 jam 18.04. Ummi dan Abi pun memberimu nama Aishabira Mahdiya Hamda.

—————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————–

Before The Scene

 Alhamdulillah..segala puji bagi Allah yang telah menghadirkan baby Aisha dengan proses yang sangat mudah, melahirkan adalah sebuah momen yang tak terduga bagaimana peristiwanya, baik-buruk-mudah-sulit di mata  manusia mudah-mudahan di mata Allah selalu baik nilai pahalanya, ikhlas, pasrah “Gustii…Abdi mah teu walakaya..” Saya adalah makhluk yang tak berdaya, hanya kepada Mu lah saya memasrahkan diri atas apa yang terjadi pada proses persalinan kali ini. Allah. Allah. Hanya Allah. Dzikirlah yang mampu membuat rasa ini menjadi tenang.

Kelahiran kali ini sebelumnya diiringi oleh ikhtiar yang kata saya mah sudah maksimal, jelang HPL banyak jalan, ngepel rumah sambil nonggeng, bersihin kamar mandi sambil jongkok, kalau udah merasa punggung sakit biasanya saya goyang inul di gym ball atau kadang sambil berdiri juga, peregangan otot otot tangan-kaki-kepala, teruuuus sesudah solat goyang goyangin pinggul dengan posisi kuda-kudaan (biasanya idan jadi tergoda untuk naik atau masuk ke bawah, terowongan katanya), dan olah napas melalui tilawah.

Mengenai olah napas ini, suatu hari saya melihat seorang teteh menulis status di Facebook,” Tilawah tartil lebih baik daripada Yoga dalam rangka olah pernapasan saat melahirkan” kurang lebih seperti itu. Saya gak tahu tilawah saya udah tartil apa belum, tapi saya mencoba memprektekan olah napas ‘ala saya’ melalui Tilawah. Saat pembukaan sudah besar, biasanya sulit mengendalikan napas, sependek ingatan saya, teorinya udara dihirup dari hidung dan dikeluarkan dari mulut ‘haah..haah..haah’ atau ‘huuf..huuf..huuf’.  Naah kalau tilawah kejar target kan keluar-masuk dari mulut yah (eh iya ga? saya mah gitu). Naah olah napas ala saya, saya menargetkan satu ayat satu kali napas dari hidung (tentunya ayat yang ga terlalu panjang, ya pokonya mah kira kira lah) dan keluar dari mulut seiring kita melantunkan ayat suci. Efek dari latihan yang saya rasakan, saya jadi bisa fokus terhadap napas saya saat pembukaan sudah besar, tidak fokus ke rasa gelombang kontraksinya/keinginan mengedannya. Fokus melihat ayat saat tilawah sambil mengatur napas menjadikan fokus mengatur napas saat pembukaan besar tapi belum lengkap. Hehe ini mah teori sotoynya saya, tapi layak dicoba loh 😀 tentunya dengan menghadirkan ‘rasa’ saat kita bertilawah yah, ga lempeng lempeng aja..hehe.. Wallahu’alam. Mudah-mudahan share before the scenenya bermanfaat, apapun ceritanya semoga Jannah balasannya. Aamiin.


2 respons untuk ‘Kelahiran Aisha

Tinggalkan komentar